Rabu, 19 Juli 2017

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

A. Hama
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Hama yang menyerang tumbuhan antara lain tikus, walang sangit, wereng, tungau, dan ulat.
1. Tikus

Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini disebabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas, dan kemampuan untuk berkembang biak yang sangat tinggi. Masa reproduksi yang relative singkat menyebabkan tikus cepat bertambah banyak. Potensi perkembangbiakan tikus sangat tergantung dari makanan yang tersedia. Tikus sangat aktif di malam hari.
Tikus menyerang berbagai tumbuhan. Bagian tumbuhan yang diserang tidak hanya biji – bijian tetapi juga batang tumbuhan muda. Yang membuat para tikus kuat memakan biji – bijian sehingga merugikan para petani adalah gigi serinya yang kuat dan tajam, sehingga tikus mudah untuk memakan biji – bijian. Tikus membuat lubang – lubang pada pematang sawah dan sering berlindung di semak – semak. Apabila keadaan sawah itu rusak maka berarti sawah tersebut diserang tikus.
Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara – cara sebagai berikut:
a.       Membongkar dan menutup lubang tempat bersembunyi para tikus dan menangkap tikusnya.
b.       Menggunakan musuh alami tikus, yaitu ular.
c.       Menanam tanaman secara bersamaan agar dapat menuai dalam waktu yang bersamaan pula sehingga tidak ada kesempatan bagi tikus untuk mendapatkan makanan setelah tanaman dipanen.
d.       Menggunakan rodentisida (pembasmi tikus) atau dengan memasang umpan beracun, yaitu irisan ubi jalar atau singkong yang telah direndam sebelumnya dengan fosforus. Peracunan ini sebaiknya dilakukan sebelum tanaman padi berbunga dan berbiji. Selain itu penggunaan racun harus hati – hati karena juga berbahaya bagi hewan ternak dan manusia.



2. Wereng

Wereng adalah sejenis kepik yang menyebabkan daun dan batang tumbuhan berlubang – lubang, kemudian kering, dan pada akhirnya mati. Hama wereng ini dapat dikendalikan dengan cara – cara sebagai betikut :
a.       Pengaturan pola tanam, yaitu dengan melakukan penanaman secara serentak maupun dengan pergiliran tanaman. Pergiliran tanaman dilakukan untuk memutus siklus hidup wereng dengan cara menanam tanaman palawija atau tanah dibiarkan selama 1 – 2 bulan.
b.       Pengendalian hayati, yaitu dengan menggunakan musuh alami wereng, misalnya laba – laba predator Lycosa Pseudoannulata, kepik Microvelia douglasi dan Cyrtorhinuss lividipenis, kumbang Paederuss fuscipes, Ophinea nigrofasciata, dan Synarmonia octomaculata.
c.       Pengandalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida, dilakukan apabila cara lain tidak mungkin untuk dilakukan. Penggunaan insektisida diusahakan sedemikan rupa sehingga efektif, efisien, dan aman bagi lingkungan.

3. Walang Sangit

Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan salah satu hama yang juga meresahkan petani. Hewan ini jika diganggu, akan meloncat dan terbang sambil mengeluarkan bau. Serangga ini berwarna hijau kemerah- merahan.
Walang sangit menghisab butir – butir padi yang masih cair. Biji yang sudah diisap akan menjadi hampa, agak hampa, atau liat. Kulit biji itu akan berwarna kehitam – hitaman. Faktor – faktor yang mendukung yang mendukung populasi walang sangit antara lain sebagai berikut.
a.       Sawah sangat dekat dengat perhutanan.
b.       Populasi gulma di sekitar sawah cukup tinggi.
c.       Penanaman tidak serentak
Pengendalian terhadap hama walang sangit dapat dilakukan sebagai berikut.
a.       Menanam tanaman secara serentak.
b.       Membersihkan sawah dari segala macam rumput yang tumbuh di sekitar sawah agar tidak menjadi tempat berkembang biak bagi walang sangit.
c.       Menangkap walang sangit pada pagi hari dengan menggunakan jala penangkap.
d.       Penangkapan menggunakan unmpan bangkai kodok, ketam sawah, atau dengan alga.
e.       Melakukan pengendalian hayati dengan cara melepaskan predator alami beruba laba – laba dan menanam jamur yang dapat menginfeksi walang sangit.
f.        Melakukan pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida.
Walang sangit muda (nimfa) lebih aktif dibandingkan dewasanya (imago), tetapi hewan dewasa dapat merusak lebih hebat karenya hidupnya lebih lama. Walang sangit dewasa juga dapat memakan biji – biji yang sudah mengeras, yaitu dengan mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat.
4. Ulat        

Kupu – kupu merupakan serangga yang memiliki sayap yang indah dan benareka ragam. Kupu – kupu meletakkan telurnya dibawah daun dan jika menetas menjadi larva. Kita bisa sebut larva kupu – kupu sebagai ulat. Pada fase ini, ulat aktif memakan dedaunan bahkan pangkal batang, terutama pada malam hari. Daun yang dimakan oleh ulat hanya tersisa rangka atau tulang daunya saja.
Upaya pemberantasan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.       Membuang telur – telur kupu – kupu yang melekat pada bagian bawah daun.
b.       Menggenangi tempat persemaian dengan air dalam jumlah banyak sehingga ulat akan bergerak ke atas sehingga mudah untuk dikumpulkan dan dibasmi.
c.       Apabila kedua cara diatas tidak berhasil, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pertisida.
5. Tungau

Tungau (kutu kecil) biasanya terdapat di sebuah bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak – bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Hama ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan daun – daun yang terserang hama pada suatu tempat dan dibakar.
B. Penyakit Tumbuhan
Jenis – jenis penyakit yang menyerang tumbuhan sangat banyak jumlahnya. Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus.
1. Jamur
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh angin, air, serangga, atau sentuhan tangan.
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan menyebabkan bercak – bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Jika jamur ini mengganggu proses fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Batang yang terserang umumnya akan membusuk, mula – mula dari arah kulit kemudian menjalar ke dalam, dan kemudian membusukkan jaringan kayu. Jaringan yang terserang akan mengeluarkan getah atau cairan. Jika kondisi ini dibiarkan, jaringan kayu akan membusuk, kemudian seluruh dahan yang ada di atasnya akan layu dan mati.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut.
a) Penyakit pada padi.

Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzea. Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi akhirnya mati. Selain itu, terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi menguning. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.
b) Penyakit embun tepung.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang – kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Jamur ini kadang – kadang menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun – daunnya terdapat kercak – bercak hitam.
Untuk memberantas jamur ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan pemberian fungsida pada tanaman yang terserang jamur.
2. Bakteri

Bakteri dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan. Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi dengan menggunakan bakterisida.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau CVPD). CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah kuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga lama – kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parang dapat disembuhkan dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik.
3. Virus

Selain bakteri dan jamur, dalam kondisi yang sehat, tumbuhan dapat terserang oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus cukup berbahaya karena dapat menular dan menyebar ke seluruh tumbuhan dengan cepat. Tumbuhan yang sudah terlanjur diserang sulit untuk disembuhkan. Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV (tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga.


4. Alga (Ganggang)

Keberadaan alga juga perlu diaspadai karena dapat menyebabkan bercak karat merah pada daun tumbuhan. Tumbuhan yang biasanya diserang antara lain jeruk, jambu biji, dan rambutan. Bagian tumbuhan yang diserang oleh alga biasanya bagian daun, ditandai adanya bercak berwarna kelabu kehijauan pada daun, kemudian pada permukaannya tumbuh rambut berwarnya cokelat kemerahan. Meskipun ukurannya kecil, bercak yang timbul sangat banyak sehingga cukup merugikan
Langkah – langkah yang harus dilakukan agar tumbuhan tidak tersenang penyakit antara lain sebagai berikut.
d.       Usahakan tumbuhan selalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi segala kebutuhan zat haranya.
e.       Jangan membiarkan tumbuhan terlalu rimbun, pangkaslah sehingga seluruh bagian tumbuhan mendapatkan sinar matahari yang cukup.
f.        Jangan biarkan tumbuhan terserang kutu, tungau, atau hewan yang lain yang sering membawa bakteri atau jamur.
g.       Usahakan lingkungan selalu bersih.
h.       Perhatikan tumbuhan sesering mungkun sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin.
i.         Jika terdapat gejala – gejala yang tampak, pangkaslah bagian tumbuhan (daun, buah, ranting) yang terserang, kemudian dibakar agar tidak menular ke bagian atau tumbuhan yang lainnya.
j.         Penggunaan pertisida sebagai alternative terakhir untuk pengobatan hama dan penyakit pada tumbuhan.
“Penggunaan Pestisida untuk Memberantas Hama dan Penyakit”
Penggunaan pestisida sintetis membutuhkan kecermatan, baik mengenai pilihan pestisida yang aman maupun petunjuk pemakaiannya. Hasil pemantauan rutin dapat digunakan untuk mengetahui Janis hama dan penyakit yang menyerang, dan menentukan jenis pestisida yang sesuai sasaran. Pemantauan juga bermanfaat agar penyemprotan tidak terlambat dengan menggunakan dosis dan waktu yang tepat sehingga pengendalian hama dan penyakit dapat berhasil.
Pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida harus memperhatikan jenis hama dan penyakit yang ada, populasi, serta tahap pengembangan hama tersebut. Penggunaan pestisida dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan hal - hal berikut.
a)      Pestisida biologi disesuaikan dengan jenis hama yang menyerang.
b)     Pestisida harus selektif, yaitu untuk hama atau penyakit yang menyerang jenis tanaman tertentu.
c)      Formulasi pertisida harus sesuai. Misalnya untuk hama yang masuk ke dalam bunga kurang cocok jika digunakan penyemprotan, namun lebig efektif jika berbentuk kabut sehingga lebih mudak untuk masuk ke dalam bunga.
d)     Pestisida sistemik (masuk ke jaringan tumbuhan) atau kontak bersentuhan dengan hama, disesuaikan dengan tahap perkembangan hama. Pada fase dewasa, kutu putih mungkin sulit dikendalikan dengan perstisida kontak karena tubuhnya memiliki lapisan luar yang dapat melindunginya dari semprotan langsung. Pestisida sistemik akan lebih efektif karena larva yang baru menetas dan makan daun akan meti karena bahan aktif yanga ada dalam tumbuhan akan meracuni hama tersebut.

C. Gulma
Selain hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan dan merugikan petani, gulma juga perlu mendapat perhatian khusus. Pada petani kadang kurang memperhatikan gulma sehingga dalam kurun waktu tertentu populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma – gulma ini akan berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara yang diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyian hama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hama yang dapat menyerang tumbuhan.
Berdasarkan karaktristik yang dimiliki, gulma dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu teki, rumput, dan gulma daun lebar.
1. Teki
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmboRF3UvhoeoCresTlRxc85EO5ddvW9jEzS_VWCpVQm3VbW6d2wJX2wY8wJFMB5NwZfy2uDe160P02Uwe6Zu8XEpbgbOzIARTMZ64aoPFaEP5OE98ZJISgeCPZYmxKytts7mzK9YxB7I/s200/6.JPG
Kelompok teki – tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbu batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan – bulan. Contohnya adalah teki ladang (Cyperus rotundus).
2. Rumput

Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contohnya adalah alang – alang (Imperata cylindrica).
3. Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini adalah daun sendok.
Berdasarkan parasit atau tidaknya, dibedakan dalam :
a.       Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.
b.       Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :
1) Gulma parasit*sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.
2) Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan xilem.
3) Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan xilem.
“Pengendalian Gulma”
Pengendalian gulma memerlukan strategi yang khas untuk setiap kasus. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan pengendalian gulma antara lain sebagai berikut :
a)      Jenis gulma dominan
b)     Tanaman budi daya utama
c)      Alternatif pengendalian yang tersedia
d)     Dampak ekonomi dan ekologi
Saat ini cukup banyak herbisida (pembasmi gulma) yang tersedia di toko pertanian. Meskipun demikian, kita perlu hati – hati dalam memilih dan menggunakan herbisida. Memperhatikan cara pemakaian herbisida dengan benar sangatlah dianjurkan.

Tujuan pembersihan gulma antara lain untuk mengurangi tumbuhan pengganggu yang akan menjadi pesaing tanaman utama. Selain itu juga karena gulma merupakan inang alternetif dan tempat persembunyian hama penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar